MAKALAH BAHASA KEDUA
TENTANG
BAHASA KEDUA
DISUSUN
OLEH
HENDRA
GUNAWAN
UNIVERSITAS
CORDOVA INDONESIA
TAHUN
AKADEMIK 2014/2015
KATA
PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja
dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Akhirnya penyusunan makalah tentang
sejarah politik ini dapat diselsaikan sesuai dengan rencana.
Makalah ini dibuat
dengan berbagai cara dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya
yang bisa dipertanggung jawabkan hasilnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa
masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu
kami mengajak pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih dan semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat yang positif bagi para pembaca.
Taliwang,
November 2014
penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………………... i
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………. ii
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang….……………………………………………………………….. 1
B.
Tujuan
dan Manfaat pembuatan makalah……………………………………...
2
C.
Rumusan
Masalah….……………………………………………………………. 2
BAB II. PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bahasa Kedua………………………………………………………. 3
B. Bahasa Dikalangan Umat Manusia…………………………..……………….. 3
C. Pemerolehan Bahasa Kedua……...…………………………………..………… 4
D. Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa
Kedua……………...…………….……… 6
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Pembelajaran
Bahasa
Kedua……………...…………….……………………………………… 8
BAB III.
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….. 10
B. Saran……………………………………………………………………………… 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap bangsa didunia
mempunyai bahasa yang mewakili mereka. sebagaimana yang diketahui umum bahwa
stiap bahasa yang mewakili mereka memiliki sejenis ragam bahasa yang dikenal
sebagai pribahasa atau dikenal juga sebagai kata orang tua yang merupakan
warisan mereka yang masih kekal hingga sekarang.
Dalam kehidupan
sehari-hari, kita sering mendengarkan aneka ragam bahasa yang dihasilkan oleh
masyarakat setempat baik secra liisan maupun tertulis, dengan implementasi
seperti ini, dapat kita jumpai bahwa aneka ragam bahasa yang dihasilkan oleh
masyarakat adalah bahsa pertama dan bahasa kedua.
Bahasa pertama merupakan
basaha lisan yang pertama kali didengar oleh seseorang ketika dia dilahirkan
dari rahim ibunya sehingga dia bisa berbicara dan menulis untuk tahap hidup
selanjutnya, sedangkan bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari dan dipahami
dilingkungan kehidupannya.
Memandang pada bahasa
pertama dan bahasa kedua yang kita jumpai pada abad kedua puluh ini sudah
dikenal oleh nenek moyang kita, oleh karena itu unsur dan fenomena alam semesta
yang melingkup kehidupan mereka yang menjadi sumber ilham untuk merangkaikan
bahasa. Dan dari unsur-unsur itulah lahir dan timbulnya bahasa pertama dan
bahasa kedua.
B.
Tujuan
dan Manfaat Pembuatan Makalah
1.
Tujuan
Pembuatan Makalah
Tujuan dibuatnya
makalah ini adalah sebagai sarana untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa
yang dimaksud dengan bahasa kedua yang digunakan sebagai salah satu basaha
lisan yang terdapat didalam kehidupan kita.
2.
Manfaat
Pembuatan Makalah
Manfaat
dibuatnya makalah ini adalah sebagai panutan unutk mengenal labih dekat dan
bisa meggunakan bahasa kedua sesuai situasi dan kondisi dam lingkungan sosial.
C.
Rumusan
masalah
Dari
uraian penjelasan diatas, maka kami sebagai penulis menarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Proses
pemerolehan bahsa kedua
2. Aspek-aspek
yang mempengaruhi bahasa kedua.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bahasa Kedua
Setiap
individu manusia tidak pernah luput dari berkomunikasi sesama mereka, baik
dalam kehidupan sehari-hari seperti di kalangan keluarga maupun di lingkungan
masyarakat dimana mereka bergaul dan beranak pinak. Bentuk yang dihasilkan dari
komunikasi mereka adalah bahasa, dari sinilah bahasa meiliki peranan penting
dalam kehidupan seorang manusia, tidak hanya manusia saja yang menggunakan
bahasa dalam komunikasi, hal ini dapat dibuktikan dengan melihat kehidupan
hewan sebagai makhluk tuhan yang dimana mereka berbicara dengan menggunakan
bahasa meskipun tak bisa dimengerti bahasa yang diucapkannya oleh manusia
normal seutuhnya.
Dalam
kehidupan manusia, ada dua bahasa yang timbul di lingkungannya, yaitu bahasa
pertama dan bahasa kedua, dalam pembahasan makalah ini yang akan di bahas
adalah bahasa kedua. Bahasa kedua merupakan bahasa yang dipelajari oleh seorang
anak setelah menerima dan mempelajari bahasa yang diajarkan oleh ibunya (bukan
bahasa ibu). Dalam pengertian lain, bahasa kedua adalah bahasa yang didapatkan
dari lingkungan di luar rumah, seperti lingkungan sekolah, tempat bermain, dan
lingkungan sosial.
B.
Bahasa
Dikalangan Umat Manusia
Semua manusia termasuk mereka yang hidup di
desa terpencil, baik itu di dalam hutan maupun dipulau-pulau terpencil
menggunakan bahasa untuk saling berkomunikasi. Apapun yang dilakukan oleh
manusia ketika berinteraksi dengan sesamanya, entah itu bermain, berkelahi,
bercinta ataupun melakukan transaksi jual beli, mereka pasti berbicara. Kita
berbicara dengan teman, guru, istri, suami, anak-anak, mertua, dan orang-orang
lain disekitar kita pasti menggunakan bahasa.
Penggunaan bahasa
dikalangan umat manusia merupakan suatu fenomena yang bersifat universal dan
jumlah bahasa yang digunkan sangat banyak, yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda. Perbedaan diantara bahasa-bahasa yang digunakan ini dikarenakan
oleh beberapa faktor, diantaranya karena bahasa itu merupakan suatu convention (kesepakan umum) yang
bersifat arbitrary (suka-suka).
Dahulu para siswa
belajar disekolah hanya dengan beralaskan tikar diatas lantai. Namun kemudian
bangsa inggris datang dan memperkenalkan kita beberapa hasil dan kebudayaan
mereka, diantaranya meja dan kursi. Mereka (seluruh bangsa inggris) sepakat
untuk menyebut hasil kebudayaan mereka itu dengan nama table dan chair yang menurut kesepakatan orang indonesia
benda-benda tersebut dinamakan meja dan kursi.
Dalam hal ini, baik
orang inggris maupun orang indonesia telah bertindak secara arbitrary
(suka-suka) di dalam membuat convention (kesepakatan umum) mengenai kata-kata
penyebut benda-benda hasil kebudayaan yaitu table
(meja) dan chair (kursi) didalam
bahasanya masing-masing.
C.
Pemerolehan
Bahasa Kedua
Ada beberapa pengertian terhadap
pemerolehan bahasa kedua yaitu:
a. Menurut Wikipedia, pemerolehan bahasa kedua adalah
proses seseorang belajar bahasa kedua disamping bahasa ibu mereka. Pemerolehan
bahasa kedua merujuk kepada apa yang siswa lakukan dan tidak merujuk pada apa
yang guru lakukan.
b. Menurut Chaer A. dan Agusitina,2004. Pemerolehan bahasa kedua atau
bilingualisme adalah rentangan bertahap yang dimulai dari menguasai bahasa
pertama (B1) ditambah mengetahui sedikit bahasa kedua (B2), lalu penguasaan B2
meningkat secara bertahap, sampai akhirnya menguasai B2 sama baiknya dengan B1.
c. Menurut Akhadiah, S., dkk dalam (1997:2.2) pemerolehan bahasa
kedua adalah proses saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah lebih
dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya.
d. Menurut Stren (1983 dalam Akhadiah, S., dkk ,1997:2.2)
menyamakan istilah bahasa kedua dengan bahasa asing. Tetapi bagi kondisi di
Indonesia kita perlu membedakan istilah bahasa kedua dengan bahasa asing. Bagi
kondisi di first languange yang berwujud bahasa daerah tertentu, bahasa
kedua second languange yang berwujud bahasa Indonesia atau bahasa asing
(foreign languange). Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di
negara tertentu. Oleh sebab itu bahasa kedua sangat diperlukan untuk
kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan.
Maka, pemerolehan bahasa kedua merupakan proses atau tahapan
untuk memperoleh dan belajar bahasa baru setelah menguasai bahasa pertama atau
bahasa ibu dengan tujuan tertentu sehingga dapat menguasai bahasa kedua sebaik
bahasa pertamanya.
1.
Konsep
pemerolehan bahasa
Sejak tahun 1979
dunia pendidikan diindonesia berkenalan dengan pembedaan antara hasil
instruksional berupa kompetensi pembelajaran atas pengetahuan dan keterampilan
dalam ranah intelektual, emosional, dan fisik (psikomotor), dan hasil pengiring
(nurturent effect), serta nilai (value).
Hal tersebut
sejajar dengan munculnya pembedaan antara konsep pembelajaran (learning) dan
pemerolehan (acquisition) bahasa. Istilah pemrolehan terpaut dengan kajian
psikolinguistik ketika kita berbicara mengenai anak-anak dengan bahasa ibunya.
Dengan beberapa pertimbangan, istilah pertama yang dipakai untuk belajar bahasa
kedua dan istilah kedua dipakai untuk bahasa ibu (bahasa pertama). Faktanya,
dalam pemrolehan bahasa kedua belajar selalu dikaitkan dengan guru kurikulum,
alokasi waktu, dan sebagainya, sedangkan dalam pemrolehan bahasa pertama semua
tidak ada.
2.
Proses
pemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan
bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mepunyai dua cara yang
berbeda mengenai pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua seperti:
a. Pemerolehan
bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak. Mengembangankan
kemampuan dalam bahasa pertama mereka, Pemerolehan bahasa merupakan proses
bawah sadar (sadar/disengaja). Pemrolehan bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan
bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi.
b. Untuk
mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar
bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya
mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut
bahwa orang-orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa
tidaklah hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatka
sarana pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak.
Jadi, pemerolehan merupakan suatu proses yang amat kuat pada orang dewasa.
D.
Aspek-Aspek
Pembelajaran Bahasa Kedua
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika memutuskan
untuk mempelajari bahasa kedua:
1.
Kemampuan
Bahasa
Biasanya
apabila seseorang memutuskan untuk mempelajari bahasa kedua secara formal, ia
akan melalui tes kemampuan bahasa atau language aptitude test yang dilakukan
oleh lembaga kursus bahasa untuk menilai kecakapan/bakat bahasa yang dimiliki
oleh orang tersebut. Tes ini terbukti cukup efektif untuk memprediksi
siswa-siswa mana yang akan sukses di dalam pembe-lajaran bahasa kedua. Meskipun
demikian masih terdapat perbedaan pendapat mengenai kemampuan bahasa atau
language aptitude itu sendiri. Apakah kemampuan bahasa itu merupakan suatu
kesatuan konsep, suatu properti organik di dalam otak manusia atau suatu
komplek faktor termasuk di dalamnya motivasi dan lingkungan. Penelitian
mengenai kemampuan bahasa atau language aptitude sering dikritik karena tidak
relevan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh para siswa di sekolah-sekolah
bahasa yang harus berusaha sekuat tenaga untuk menguasai bahasa kedua terlepas
dari apakah mereka memiliki bakat atau tidak untuk hal tersebut. Apalagi
penelitian mene-mukan bahwa kemampuan bahasa atau language aptitude itu tidak
dapat diubah.
2.
Usia.
Sebagian
besar masyarakat umum masih meyakini bahwa untuk belajar bahasa kedua akan
lebih baik dilakukan ketika masih anak-anak. Belajar bahasa kedua ketika telah
dewasa akan terasa lebih sulit. Tetapi penelitian-penelitian yang telah
dilakukan mengenai hal ini gagal untuk membuktikan kebenaran keyakinan
masyarakat umum tersebut.
Mereka
yang mulai belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tetap dapat mencapai
tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Penelitian-penelitian yang dilakukan
mengenai hal ini hanya mampu menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang
belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tidak mampu merubah aksen mereka
seperti aksennya penutur asli, aksen orang dewasa adalah aksen bahasa pertama
yang sulit untuk dirubah.
Hal
menarik yang dapat diambil dan penelitian-penelitian tersebut adalah jika
program pembelajaran bahasa kedua yang diberikan berupa immersion/pembelajaran
bahasa kedua dengan terjun langsung di lingkungan penutur asli, orang dewasa
cenderung lebih cepat memperoleh bahasa kedua dibandingkan dengan anak-anak,
hal ini dikarenakan otak orang dewasa berfungsi lebih sempuma dibandingkan
dengan otak anak-anak dan orang dewasa memiliki lebih banyak pengalaman
berbahasa dibandingkan dengan anak-anak.
3.
Strategi
Yang Digunakan.
Penggunaan
strategi yang efektif sangat penting agar pembelajaran bahasa kedua dapat berhasil.
Secara umum strategi pemerolehan bahasa kedua dibagi menjadi dua, yaitu
strategi belajar dan strategi berkomunikasi. Strategi belajar adalah strategi
yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa kedua, seperti
penggunaan kamus atau penggunaan TV kabel untuk menangkap siaran-siaran TV yang
menggunakan bahasa kedua. Sedangkan strategi berkomunikasi adalah strategi yang
digunakan oleh siswa kelas bahasa kedua dan penutur asli untuk dapat saling
memahami ketika terjadi kebuntuan di dalam berkomunikasi di antara mereka
karena kurangnya akses terhadap bahasa yang benar, misalnya dengan menggunakan
mimik dan gerakan tangan.
4.
Motivasi.
Secara
sederhana motivasi dapat diartikan sebagai mengapa seseorang memutuskan untuk
melakukan sesuatu, berapa lama ia rela melakukan aktivitas tersebut dan sejauh
mana usaha yang dilakukannya. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan
mengenai motivasi menunjukkan bahwa motivasi terkait erat dengan tingkat keberhasilan
seseorang di dalam pembelajaran bahasa kedua. Pelajar yang memiliki motivasi
yang kuat akan sukses dan kesuksesan yang diperolehnya itu akan semakin
meningkatkan motivasinya. Motivasi bukanlah sesuatu yang bersifat tetap, tetapi
sangat dipengaruhi oleh umpan balik dan lingkungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
motivasi adalah teknik instruksi yang digunakan oleh guru.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Pembelajaran Bahasa Kedua
Keberhasilan pembelajaran bahasa kedua
dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu:
1. Faktor Motivasi
Belajar bahasa yang
dilandasi oleh motivasi yang kuat, akan memperoleh hasil yang lebih baik.
Motivasi, dalam perspektif ini meliputi dorongan, hasrat, kemauan,alasan, atau
tujuan yang menggerakkan seseorang untuk belajar bahasa. Motivasi berasaldalam
diri individu, yang dapat digolongkan sebagai motivasi integratif dan
motivasiinstrumen. Motivasi integratif berkaitan dengan keinginan untuk
menjalin komunikasidengan penutur, sedangkan motivasi instrumen mengacu pada
keinginan untuk memperoleh prestasi atau pekerjaan tertentu.
2. Faktor Lingkungan
Meliputi lingkungan formal
dan informal. Lingkungan formal adalah lingkungan sekolah yang dirancang
sedemikian rupa, artifisial, bagian dari pengajaran, dan diarahkan untuk
melakukan aktivitas yang berorientasikaidah (Krashen, 2002). Lingkungan
informal adalah lingkungan alami dan natural yang memungkinkan anak
berinteraksi dengan bahasa tersebut. Menurut Dulay (1982), lingkungan informal,
terutama teman sebaya, memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam proses
pemerolehan bahasa. Selain itu, lingkungan yang diperkaya pun sangat
membantuanak menguasai bahasa. Tersedianya materi-materi cetak, buku-buku
bergambar, dan media-media yang setiap saat dapat dilihat anak merupakan bagian
dari lingkungan yang diperkaya.
3. Usia
Anak-anak, menurut Lambert
(1972) memiliki peluang untuk mahir belajar bahasa. Mereka masih berada
pada masa umur kritis berbahasa (Allan &Paivio, 1981). Dalam hal pelafalan,
anak-anak memiliki peluang untuk berbicara secara fasih, meskipun aturan
berbahasa harus mereka bangun secara natural (Brewer, 1995).
4. Kualitas Pajanan
Materi pembelajaran yang
dipajankan secaranatural memberikan makna bagi anak dalam kehidupan sehari-hari.
Di lain pihak, pajanan yang disajikan secara formal membuat anak menguasai
kaidah secara relatif cepat, meskipun mungkin mereka tidak dapat
mengeskpresikan penguasaannya dalamkomunikasi yang natural (Ellis, 1986).
5. Bahasa Pertama
Jika bahasa pertama memiliki
kedekatan kekerabatan dengan bahasa kedua, pembelajar mempunyai kemudahan
mengembangkan kompetensinya. Meskipun demikian, kemungkinan percampuran kode
lebih mudah terjadi, sebagaimana banyak ditemukan percampuran kode dalam
tuturan anak-anak Taman Kanak-kanak di DIY (Musfiroh, 2003).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Bahasa kedua merupakan bahasa yang
dipelajari oleh seorang anak setelah menerima dan mempelajari bahasa yang
diajarkan oleh ibunya (bukan bahasa ibu). Dalam pengertian lain, bahasa kedua adalah
bahasa yang didapatkan dari lingkungan di luar rumah, seperti lingkungan
sekolah, tempat bermain, dan lingkungan sosial.
2.
Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Kedua
adalah: kemampuan bahasa, usia, strategi yang digunakan dan motivasi.
3. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Bahasa Kedua adalah: faktor
motivasi, faktor lingkungan, usia, kulitas pajanan dan bahasa pertama.
B.
Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis hanya bisa
menyarankan dalam menggunakan bahasa kedua hendaknya menggunakan bahasa yang
betul-betul benar sehingga tidak terjadi kesalah pahaman antara pembicara
dengan pendengar (tidak nyambung) meskipun dalam penggunaan bahasa bersifat
arbitrary (suka-suka). Dan walaupun kita bisa memperoleh bahasa lebih dari satu
bahasa tetapi kita harus bisa menghindarkan pemerolehan bahasa yang
mengakibatkan akulturasi bahasa yang bersifat negatif.
daftar pustakanya mana kak?
BalasHapusmuehehehe ada Babas di sini
Hapus