Minggu, 18 Januari 2015

MAKALAH TENTANG BAHASA KEDUA



MAKALAH BAHASA KEDUA

TENTANG


BAHASA KEDUA



DISUSUN OLEH


HENDRA GUNAWAN



UNIVERSITAS CORDOVA INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2014/2015


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Akhirnya penyusunan makalah tentang sejarah politik ini dapat diselsaikan sesuai dengan rencana.
Makalah ini dibuat dengan berbagai cara dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggung jawabkan hasilnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengajak pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih dan semoga makalah ini bisa memberikan manfaat yang positif bagi para pembaca.




Taliwang, November 2014

penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………...   i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….  ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...   iii

BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang….………………………………………………………………..   1
B.     Tujuan dan Manfaat pembuatan makalah……………………………………...  2
C.    Rumusan Masalah….…………………………………………………………….   2

BAB II. PEMBAHASAN
A.    Pengertian Bahasa Kedua……………………………………………………….  3
B.     Bahasa Dikalangan Umat Manusia…………………………..………………..   3
C.    Pemerolehan Bahasa Kedua……...…………………………………..…………  4
D.    Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa Kedua……………...…………….………  6
E.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran
Bahasa Kedua……………...…………….………………………………………   8

BAB III. PENUTUP
A.    Kesimpulan……………………………………………………………………….. 10
B.     Saran………………………………………………………………………………  10

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap bangsa didunia mempunyai bahasa yang mewakili mereka. sebagaimana yang diketahui umum bahwa stiap bahasa yang mewakili mereka memiliki sejenis ragam bahasa yang dikenal sebagai pribahasa atau dikenal juga sebagai kata orang tua yang merupakan warisan mereka yang masih kekal hingga sekarang.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengarkan aneka ragam bahasa yang dihasilkan oleh masyarakat setempat baik secra liisan maupun tertulis, dengan implementasi seperti ini, dapat kita jumpai bahwa aneka ragam bahasa yang dihasilkan oleh masyarakat adalah bahsa pertama dan bahasa kedua.
Bahasa pertama merupakan basaha lisan yang pertama kali didengar oleh seseorang ketika dia dilahirkan dari rahim ibunya sehingga dia bisa berbicara dan menulis untuk tahap hidup selanjutnya, sedangkan bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari dan dipahami dilingkungan kehidupannya.
Memandang pada bahasa pertama dan bahasa kedua yang kita jumpai pada abad kedua puluh ini sudah dikenal oleh nenek moyang kita, oleh karena itu unsur dan fenomena alam semesta yang melingkup kehidupan mereka yang menjadi sumber ilham untuk merangkaikan bahasa. Dan dari unsur-unsur itulah lahir dan timbulnya bahasa pertama dan bahasa kedua.

B.     Tujuan dan Manfaat Pembuatan Makalah
1.   Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai sarana untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan bahasa kedua yang digunakan sebagai salah satu basaha lisan yang terdapat didalam kehidupan kita.
2.   Manfaat Pembuatan Makalah
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah sebagai panutan unutk mengenal labih dekat dan bisa meggunakan bahasa kedua sesuai situasi dan kondisi dam lingkungan sosial.
C.    Rumusan masalah
Dari uraian penjelasan diatas, maka kami sebagai penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Proses pemerolehan bahsa kedua
2.      Aspek-aspek yang mempengaruhi bahasa kedua.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bahasa Kedua
Setiap individu manusia tidak pernah luput dari berkomunikasi sesama mereka, baik dalam kehidupan sehari-hari seperti di kalangan keluarga maupun di lingkungan masyarakat dimana mereka bergaul dan beranak pinak. Bentuk yang dihasilkan dari komunikasi mereka adalah bahasa, dari sinilah bahasa meiliki peranan penting dalam kehidupan seorang manusia, tidak hanya manusia saja yang menggunakan bahasa dalam komunikasi, hal ini dapat dibuktikan dengan melihat kehidupan hewan sebagai makhluk tuhan yang dimana mereka berbicara dengan menggunakan bahasa meskipun tak bisa dimengerti bahasa yang diucapkannya oleh manusia normal seutuhnya.
Dalam kehidupan manusia, ada dua bahasa yang timbul di lingkungannya, yaitu bahasa pertama dan bahasa kedua, dalam pembahasan makalah ini yang akan di bahas adalah bahasa kedua. Bahasa kedua merupakan bahasa yang dipelajari oleh seorang anak setelah menerima dan mempelajari bahasa yang diajarkan oleh ibunya (bukan bahasa ibu). Dalam pengertian lain, bahasa kedua adalah bahasa yang didapatkan dari lingkungan di luar rumah, seperti lingkungan sekolah, tempat bermain, dan lingkungan sosial.

B.     Bahasa Dikalangan Umat Manusia
Semua manusia termasuk mereka yang hidup di desa terpencil, baik itu di dalam hutan maupun dipulau-pulau terpencil menggunakan bahasa untuk saling berkomunikasi. Apapun yang dilakukan oleh manusia ketika berinteraksi dengan sesamanya, entah itu bermain, berkelahi, bercinta ataupun melakukan transaksi jual beli, mereka pasti berbicara. Kita berbicara dengan teman, guru, istri, suami, anak-anak, mertua, dan orang-orang lain disekitar kita pasti menggunakan bahasa.
Penggunaan bahasa dikalangan umat manusia merupakan suatu fenomena yang bersifat universal dan jumlah bahasa yang digunkan sangat banyak, yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Perbedaan diantara bahasa-bahasa yang digunakan ini dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya karena bahasa itu merupakan suatu convention (kesepakan umum) yang bersifat arbitrary (suka-suka).
Dahulu para siswa belajar disekolah hanya dengan beralaskan tikar diatas lantai. Namun kemudian bangsa inggris datang dan memperkenalkan kita beberapa hasil dan kebudayaan mereka, diantaranya meja dan kursi. Mereka (seluruh bangsa inggris) sepakat untuk menyebut hasil kebudayaan mereka itu dengan nama table dan chair  yang menurut kesepakatan orang indonesia benda-benda tersebut dinamakan meja dan kursi.
Dalam hal ini, baik orang inggris maupun orang indonesia telah bertindak secara arbitrary (suka-suka) di dalam membuat convention (kesepakatan umum) mengenai kata-kata penyebut benda-benda hasil kebudayaan yaitu table (meja) dan chair (kursi) didalam bahasanya masing-masing.

C.    Pemerolehan Bahasa Kedua
Ada beberapa pengertian terhadap pemerolehan bahasa kedua yaitu:
a.       Menurut Wikipedia, pemerolehan bahasa kedua adalah proses seseorang belajar bahasa kedua disamping bahasa ibu mereka. Pemerolehan bahasa kedua merujuk kepada apa yang siswa lakukan dan tidak merujuk pada apa yang guru lakukan.
b.      Menurut Chaer A. dan Agusitina,2004. Pemerolehan bahasa kedua atau bilingualisme adalah rentangan bertahap yang dimulai dari menguasai bahasa pertama (B1) ditambah mengetahui sedikit bahasa kedua (B2), lalu penguasaan B2 meningkat secara bertahap, sampai akhirnya menguasai B2 sama baiknya dengan B1.
c.       Menurut Akhadiah, S., dkk dalam (1997:2.2) pemerolehan bahasa kedua adalah proses saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah lebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya.
d.      Menurut Stren (1983 dalam Akhadiah, S., dkk ,1997:2.2) menyamakan istilah bahasa kedua dengan bahasa asing. Tetapi bagi kondisi di Indonesia kita perlu membedakan istilah bahasa kedua dengan bahasa asing. Bagi kondisi di first languange yang berwujud bahasa daerah tertentu, bahasa kedua second languange yang berwujud bahasa Indonesia atau bahasa asing (foreign languange). Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu. Oleh sebab itu bahasa kedua sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan.


Maka, pemerolehan bahasa kedua merupakan proses atau tahapan untuk memperoleh dan belajar bahasa baru setelah menguasai bahasa pertama atau bahasa ibu dengan tujuan tertentu sehingga dapat menguasai bahasa kedua sebaik bahasa pertamanya.
1.   Konsep pemerolehan bahasa
Sejak tahun 1979 dunia pendidikan diindonesia berkenalan dengan pembedaan antara hasil instruksional berupa kompetensi pembelajaran atas pengetahuan dan keterampilan dalam ranah intelektual, emosional, dan fisik (psikomotor), dan hasil pengiring (nurturent effect), serta nilai (value).
Hal tersebut sejajar dengan munculnya pembedaan antara konsep pembelajaran (learning) dan pemerolehan (acquisition) bahasa. Istilah pemrolehan terpaut dengan kajian psikolinguistik ketika kita berbicara mengenai anak-anak dengan bahasa ibunya. Dengan beberapa pertimbangan, istilah pertama yang dipakai untuk belajar bahasa kedua dan istilah kedua dipakai untuk bahasa ibu (bahasa pertama). Faktanya, dalam pemrolehan bahasa kedua belajar selalu dikaitkan dengan guru kurikulum, alokasi waktu, dan sebagainya, sedangkan dalam pemrolehan bahasa pertama semua tidak ada.

2.   Proses pemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mepunyai dua cara yang berbeda mengenai pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua seperti:
a.    Pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak. Mengembangankan kemampuan dalam bahasa pertama mereka, Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar (sadar/disengaja). Pemrolehan bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi.
b.   Untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatka sarana pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak. Jadi, pemerolehan merupakan suatu proses yang amat kuat pada orang dewasa.
D.    Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa Kedua
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika memutuskan untuk mempelajari bahasa kedua:
1.      Kemampuan Bahasa
Biasanya apabila seseorang memutuskan untuk mempelajari bahasa kedua secara formal, ia akan melalui tes kemampuan bahasa atau language aptitude test yang dilakukan oleh lembaga kursus bahasa untuk menilai kecakapan/bakat bahasa yang dimiliki oleh orang tersebut. Tes ini terbukti cukup efektif untuk memprediksi siswa-siswa mana yang akan sukses di dalam pembe-lajaran bahasa kedua. Meskipun demikian masih terdapat perbedaan pendapat mengenai kemampuan bahasa atau language aptitude itu sendiri. Apakah kemampuan bahasa itu merupakan suatu kesatuan konsep, suatu properti organik di dalam otak manusia atau suatu komplek faktor termasuk di dalamnya motivasi dan lingkungan. Penelitian mengenai kemampuan bahasa atau language aptitude sering dikritik karena tidak relevan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh para siswa di sekolah-sekolah bahasa yang harus berusaha sekuat tenaga untuk menguasai bahasa kedua terlepas dari apakah mereka memiliki bakat atau tidak untuk hal tersebut. Apalagi penelitian mene-mukan bahwa kemampuan bahasa atau language aptitude itu tidak dapat diubah.
2.      Usia.
Sebagian besar masyarakat umum masih meyakini bahwa untuk belajar bahasa kedua akan lebih baik dilakukan ketika masih anak-anak. Belajar bahasa kedua ketika telah dewasa akan terasa lebih sulit. Tetapi penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai hal ini gagal untuk membuktikan kebenaran keyakinan masyarakat umum tersebut.
Mereka yang mulai belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tetap dapat mencapai tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai hal ini hanya mampu menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tidak mampu merubah aksen mereka seperti aksennya penutur asli, aksen orang dewasa adalah aksen bahasa pertama yang sulit untuk dirubah.
Hal menarik yang dapat diambil dan penelitian-penelitian tersebut adalah jika program pembelajaran bahasa kedua yang diberikan berupa immersion/pembelajaran bahasa kedua dengan terjun langsung di lingkungan penutur asli, orang dewasa cenderung lebih cepat memperoleh bahasa kedua dibandingkan dengan anak-anak, hal ini dikarenakan otak orang dewasa berfungsi lebih sempuma dibandingkan dengan otak anak-anak dan orang dewasa memiliki lebih banyak pengalaman berbahasa dibandingkan dengan anak-anak.
3.      Strategi Yang Digunakan.
Penggunaan strategi yang efektif sangat penting agar pembelajaran bahasa kedua dapat berhasil. Secara umum strategi pemerolehan bahasa kedua dibagi menjadi dua, yaitu strategi belajar dan strategi berkomunikasi. Strategi belajar adalah strategi yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa kedua, seperti penggunaan kamus atau penggunaan TV kabel untuk menangkap siaran-siaran TV yang menggunakan bahasa kedua. Sedangkan strategi berkomunikasi adalah strategi yang digunakan oleh siswa kelas bahasa kedua dan penutur asli untuk dapat saling memahami ketika terjadi kebuntuan di dalam berkomunikasi di antara mereka karena kurangnya akses terhadap bahasa yang benar, misalnya dengan menggunakan mimik dan gerakan tangan.
4.      Motivasi.
Secara sederhana motivasi dapat diartikan sebagai mengapa seseorang memutuskan untuk melakukan sesuatu, berapa lama ia rela melakukan aktivitas tersebut dan sejauh mana usaha yang dilakukannya. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai motivasi menunjukkan bahwa motivasi terkait erat dengan tingkat keberhasilan seseorang di dalam pembelajaran bahasa kedua. Pelajar yang memiliki motivasi yang kuat akan sukses dan kesuksesan yang diperolehnya itu akan semakin meningkatkan motivasinya. Motivasi bukanlah sesuatu yang bersifat tetap, tetapi sangat dipengaruhi oleh umpan balik dan lingkungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah teknik instruksi yang digunakan oleh guru.
E.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Bahasa Kedua
Keberhasilan pembelajaran bahasa kedua dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu:
1.      Faktor Motivasi
Belajar bahasa yang dilandasi oleh motivasi yang kuat, akan memperoleh hasil yang lebih baik. Motivasi, dalam perspektif ini meliputi dorongan, hasrat, kemauan,alasan, atau tujuan yang menggerakkan seseorang untuk belajar bahasa. Motivasi berasaldalam diri individu, yang dapat digolongkan sebagai motivasi integratif dan motivasiinstrumen. Motivasi integratif berkaitan dengan keinginan untuk menjalin komunikasidengan penutur, sedangkan motivasi instrumen mengacu pada keinginan untuk memperoleh prestasi atau pekerjaan tertentu.
2.      Faktor Lingkungan
Meliputi lingkungan formal dan informal. Lingkungan formal adalah lingkungan sekolah yang dirancang sedemikian rupa, artifisial, bagian dari pengajaran, dan diarahkan untuk melakukan aktivitas yang berorientasikaidah (Krashen, 2002). Lingkungan informal adalah lingkungan alami dan natural yang memungkinkan anak berinteraksi dengan bahasa tersebut. Menurut Dulay (1982), lingkungan informal, terutama teman sebaya, memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam  proses pemerolehan bahasa. Selain itu, lingkungan yang diperkaya pun sangat membantuanak menguasai bahasa. Tersedianya materi-materi cetak, buku-buku bergambar, dan media-media yang setiap saat dapat dilihat anak merupakan bagian dari lingkungan yang diperkaya.
3.      Usia
Anak-anak, menurut Lambert (1972) memiliki peluang untuk mahir belajar bahasa. Mereka masih berada pada masa umur kritis berbahasa (Allan &Paivio, 1981). Dalam hal pelafalan, anak-anak memiliki peluang untuk berbicara secara fasih, meskipun aturan berbahasa harus mereka bangun secara natural (Brewer, 1995).


4.      Kualitas Pajanan
Materi pembelajaran yang dipajankan secaranatural memberikan makna bagi anak dalam kehidupan sehari-hari. Di lain pihak, pajanan yang disajikan secara formal membuat anak menguasai kaidah secara relatif cepat, meskipun mungkin mereka tidak dapat mengeskpresikan penguasaannya dalamkomunikasi yang natural (Ellis, 1986).
5.      Bahasa Pertama
Jika bahasa pertama memiliki kedekatan kekerabatan dengan bahasa kedua, pembelajar mempunyai kemudahan mengembangkan kompetensinya. Meskipun demikian, kemungkinan percampuran kode lebih mudah terjadi, sebagaimana banyak ditemukan percampuran kode dalam tuturan anak-anak Taman Kanak-kanak di DIY (Musfiroh, 2003).


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Bahasa kedua merupakan bahasa yang dipelajari oleh seorang anak setelah menerima dan mempelajari bahasa yang diajarkan oleh ibunya (bukan bahasa ibu). Dalam pengertian lain, bahasa kedua adalah bahasa yang didapatkan dari lingkungan di luar rumah, seperti lingkungan sekolah, tempat bermain, dan lingkungan sosial.
2.      Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Kedua adalah: kemampuan bahasa, usia, strategi yang digunakan dan motivasi.
3.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Bahasa Kedua adalah: faktor motivasi, faktor lingkungan, usia, kulitas pajanan dan bahasa pertama.

B.     Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis hanya bisa menyarankan dalam menggunakan bahasa kedua hendaknya menggunakan bahasa yang betul-betul benar sehingga tidak terjadi kesalah pahaman antara pembicara dengan pendengar (tidak nyambung) meskipun dalam penggunaan bahasa bersifat arbitrary (suka-suka). Dan walaupun kita bisa memperoleh bahasa lebih dari satu bahasa tetapi kita harus bisa menghindarkan pemerolehan bahasa yang mengakibatkan akulturasi bahasa yang bersifat negatif.


2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

About Me

About Me